Minggu, 19 Juni 2011

Wajibnya Menjauhi Kekacauan

Wajibnya Menjauhi Kekacauan

Abu Hurairah radhiallahu anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah bersabda tentang tanda-tanda kiamat:
يَتَقَارَبُ الزَّمَانُ وَيُقْبَضُ الْعِلْمُ وَتَظْهَرُ الْفِتَنُ وَيُلْقَى الشُّحُّ وَيَكْثُرُ الْهَرْجُ قَالُوا وَمَا الْهَرْجُ قَالَ الْقَتْلُ
“Zaman (waktu) semakin dekat (pendek), ilmu (agama) dicabut, banyaknya fitnah (kekacauan), kekikiran merajalela, dan banyak terjadi al-harj.” Para sahabat bertanya, “Apa itu al-harj?” Beliau menjawab, “Pembunuhan.” (HR. Al-Bukhari no. 7061 dan Muslim no. 4827)
Dari Zubair bin ‘Adi dia berkata: Kami pernah mendatangi Anas bin Malik radhiallahu anhu untuk mengutarakan kepadanya keluh kesah kami tentang ulah para jamaah haji. Maka dia menjawab:
اصْبِرُوا فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكُمْ زَمَانٌ إِلَّا الَّذِي بَعْدَهُ شَرٌّ مِنْهُ حَتَّى تَلْقَوْا رَبَّكُمْ سَمِعْتُهُ مِنْ نَبِيِّكُمْ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
“Bersabarlah kalian, sebab tidaklah kalian berada pada suatu zaman melainkan zaman setelahnya lebih buruk daripadanya, sampai kalian menjumpai Rabb kalian. Aku mendengar hal ini dari Nabi kalian shallallahu ‘alaihi wasallam.” (HR. Al-Bukhari no. 7068)
Hudzaifah bin Al-Yaman radhiallahu anhuma berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Orang-orang biasa bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang kebaikan sementara aku biasa bertanya kepada beliau tentang keburukan karena khawatir jangan-jangan aku terkena keburukan itu. Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, dahulu kami dalam masa jahiliah dan keburukan, lantas Allah datang dengan membawa kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya.” Saya bertanya, “Apakah sesudah keburukan itu akan ada kebaikan lagi?” Beliau menjawab, “Ya, tapi ketika itu sudah ada kabut.” Saya bertanya, “Apa yang anda maksud dengan kabut itu?” Beliau menjawab, “Adanya sebuah kaum yang memberikan petunjuk dengan selain petunjuk yang aku bawa. Engkau kenal mereka namun pada saat yang sama engkau juga mengingkarinya.” Saya bertanya, “Adakah setelah kebaikan itu akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya, yaitu adanya dai-dai yang menyeru menuju pintu jahannam. Siapa yang memenuhi seruan mereka, niscaya mereka akan menghempaskan orang itu ke dalam jahannam.” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, tolong beritahukanlah kami tentang ciri-ciri mereka!” Nabi menjawab, “Mereka memiliki kulit seperti kulit kita, juga berbicara dengan bahasa kita.” Saya bertanya, “Lantas apa yang anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu selalu bersama jamaah kaum muslimin dan imam (pemimpin) mereka!” Aku bertanya, “Kalau pada waktu itu tidak ada jamaah kaum muslimin dan imam bagaimana?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kamu menggigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu dalam keadaan kamu tetap seperti itu.” (HR. Al-Bukhari no. 7084 dan Muslim no. 1847)

Penjelasan ringkas:
Di akhir zaman akan banyak sekali terjadi fitnah dan kekacauan dengan semua bentuknya, dan kekacauan ini tidak akan berkurang karena semakin bertambah zaman maka akan semakin bertambah kejelekan dan kejelekan. Dan Nabi shallallahu alaihi wasallam telah mengabarkan bahwa akan banyak manusia yang menjadi korban dari fitnah dan kekacauan ini, baik yang menjadi korban adalah jasadnya maupun agamanya. Dan beliau shallallahu alaihi wasallam juga telah mengabarkan bahwa sebab timbulnya kekacauan ini adalah karena ilmu agama telah berkurang, kekikiran merajalela, pembunuhan yang sudah dianggap biasa, dan adanya dai-dai sesat yang menyeru kepada kebinasaan dengan mengatasnamakan Islam dan rakyat kaum muslimin.

Karena hal ini (bertambah banyaknya kekacauan) sudah menjadi ketetapan Allah dan takdir umat ini, maka apapun yang mereka lakukan maka itu tidak akan bisa menghilangkan fitnah dan kekacauan ini secara menyeluruh. Akan tetapi adalah bagaimana mengusahakan diri sendiri untuk menjauh dan tidak mendekati fitnah dan kekacauan tersebut serta meminimalisir kerusakan tersebut dari sekitarnya. Untuk itu, Nabi shallallahu alaihi wasallam telah menuntunkan untuk selalu komitmen dengan sunnah beliau shallallahu alaihi wasallam, tidak ikut-ikut dalam fitnah dan kekacauan tersebut, tetap berada di bawah ketataan kepada penguasa dan bersatu dengan rakyat kaum muslimin di negerinya, mengusahakan terjadinya perdamaian dan perbaikan semampunya, bersabar, dan tentunya meminta kekokohan dari Allah Ta’ala dari goncangan fitnah yang ada.

Tidak ada komentar: