Minggu, 17 April 2011

Hak-Hak Nabi -shollallohu ‘alaihi wa sallam- Yang Terabaikan

oleh Abu Abdurrahman pada 20 November 2009 jam 8:20
Sesungguhnya Allah telah menciptakan seluruh makhluk untuk sesuatu yang mulia dan tidak main-main sebagaimana Dia jelaskan dalam firmanNya:

أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لاَ تُرْجَعُونَ

Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada kami? (QS Al Mukminun: 115)

Tujuan penciptaan tersebut dijelaskan dalam beberapa ayat dalam al-Qur’an. Diantaranya:
1. Firman Allah:

الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُ

Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa diantara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Al-Mulk: 2)

2. Firman Allah:

وَهُوَ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَكَانَ عَرْشُهُ عَلَى الْمَاءِ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً وَلَئِنْ قُلْتَ إِنَّكُمْ مَبْعُوثُونَ مِنْ بَعْدِ الْمَوْتِ لَيَقُولَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا إِنْ هَذَا إِلاَّ سِحْرٌ مُبِينٌ

Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa dan adalah ‘Arsy-Nya di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah), “Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati”, niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata, “Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata”. (QS. Hud: 7)

3. Firman Allah:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَاْلإِنْسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. Adz-Dzariyat: 56)

Jelaslah hikmah penciptaan mereka adalah untuk ujian dengan beribadah kepada Allah sehingga akan dibalas yang berbuat baik dengan kebaikan dan yang berbuat buruk dengan siksaan. Inilah hikmah penciptaan mereka dan kebangkitan mereka setelah kematian.

Oleh karena itu, Allah tidak membiarkan mereka begitu saja tanpa petunjuk, namun Allah mengutus para Rasul kepada mereka untuk menjelaskan petunjuk Allah agar mereka dapat lulus dalam ujian tersebut. Sudah menjadi sunnatullah, pengutusan para Rasul kepada seluruh umat manusia untuk menegakkan petunjuk dan hujjahNya sebagaimana dijelaskan dalam firmanNya:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ فَمِنْهُمْ مَنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلاَلَةُ فَسِيرُوا فِي اْلأَرْضِ فَانْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُكَذِّبِينَ

Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu.” Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul). (QS. An-Nahl: 36)

Dan firman Allah:

إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ بِالْحَقِّ بَشِيرًا وَنَذِيرًا وَإِنْ مِنْ أُمَّةٍ إِلاَّ خَلاَ فِيهَا نَذِيرٌ

Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (QS. Fathir: 24)

Serta firmanNya:

رُسُلا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌ بَعْدَ الرُّسُلِ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

(Mereka Kami utus) selaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar supaya tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu. Dan adalah Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. An-Nisaa`:165)

Jadilah para Rasul sebagai perantara dan utusan Allah dalam penyampaian perintah dan laranganNya serta bimbingan kepada manusia guna mencapai kemaslahatan dunia dan akhiratnya.

Setelah itu Allah menjadikan Nabi shallallohu ‘alaihi wa sallam sebagai penutup para Nabi dan Rasul dan diutus kepada seluruh umat manusia. Lalu Allah sempurnakan agama Islam dengannya. Rasululloh Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam diutus dikala kekufuran telah menguasai dunia dan agama telah banyak dilupakan manusia. Lalu beliau berjuang mengembalikan iman yang telah hilang dan melenyapkan kesyirikan dan kekufuran berupa penyembahan berhala (paganisme), penyembahan api dan salib. Sehingga tegaklah tonggak agama yang Allah ridhoi dan merendahlah kaum kafir dari ahli kitab dan musyrikin.

Allah berfirman:

هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ

Dia-lah yang mengutus Rasulnya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci. (QS. Shoff: 9)

Demikianlah Allah mengutus Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam sebagai rahmat dan nikmat yang paling agung bagi manusia. Allah berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلاَّ رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya: 107)

Dan firmanNya:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ بَدَّلُوا نِعْمَةَ اللَّهِ كُفْرًا وَأَحَلُّوا قَوْمَهُمْ دَارَ الْبَوَارِ

Tidakkah kamu perhatikan orang-orang yang menukar nikmat Allah dengan kekafiran dan menjatuhkan kaumnya kelembah kebinasaan. (QS. Ibrohim: 28)

Mereka adalah orang-orang yang tidak beriman kepada Rasululloh shallallohu ‘alaihi wa sallam . Sehingga dengan demikian kerasulan beliau shallallohu ‘alaihi wa sallam adalah nikmat yang teragung yang Allah anugerahkan kepada hambaNya.

Umat Islam dan Nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam.

Allah telah memuliakan umat Islam ini dengan nabi Muhammad shallallohu ‘alaihi wa sallam yang merupakan penutup para nabi, imam orang-orang yang bertaqwa, sayyid bani Adam dan pemilik keutamaan dan keistimewaan yang tidak dimiliki selainnya. Lalu ditambah lagi dengan beraneka ragam keistimewaan yang lain. Bahkan mereka diberi dua bagian dari rahmatNya, sebagaimana firmanNya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآَمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (28) لِئَلاَّ يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (29

Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasannya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Hadid: 28-29)

Hal ini juga dijelaskan Rasululoh shallallohu ‘alaihi wa sallam dalam sabda beliau:

إِنَّمَا أَجَلُكُمْ فِي أَجَلِ مَنْ خَلاَ مِنْ اْلأُمَمِ مَا بَيْنَ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلَى مَغْرِبِ الشَّمْسِ وَإِنَّمَا مَثَلُكُمْ وَمَثَلُ الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى كَرَجُلٍ اسْتَعْمَلَ عُمَّالاً فَقَالَ مَنْ يَعْمَلُ لِي إِلَى نِصْفِ النَّهَارِ عَلَى قِيرَاطٍ قِيرَاطٍ فَعَمِلَتْ الْيَهُودُ إِلَى نِصْفِ النَّهَارِ عَلَى قِيرَاطٍ قِيرَاطٍ ثُمَّ قَالَ مَنْ يَعْمَلُ لِي مِنْ نِصْفِ النَّهَارِ إِلَى صَلاَةِ الْعَصْرِ عَلَى قِيرَاطٍ قِيرَاطٍ فَعَمِلَتْ النَّصَارَى مِنْ نِصْفِ النَّهَارِ إِلَى صَلاَةِ الْعَصْرِ عَلَى قِيرَاطٍ قِيرَاطٍ ثُمَّ قَالَ مَنْ يَعْمَلُ لِي مِنْ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلَى مَغْرِبِ الشَّمْسِ عَلَى قِيرَاطَيْنِ قِيرَاطَيْنِ أَلاَ فَأَنْتُمْ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ مِنْ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلَى مَغْرِبِ الشَّمْسِ عَلَى قِيرَاطَيْنِ قِيرَاطَيْنِ أَلاَ لَكُمْ اْلأَجْرُ مَرَّتَيْنِ فَغَضِبَتْ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى فَقَالُوا نَحْنُ أَكْثَرُ عَمَلاً وَأَقَلُّ عَطَاءً قَالَ اللَّهُ هَلْ ظَلَمْتُكُمْ مِنْ حَقِّكُمْ شَيْئًا قَالُوا لاَ قَالَ فَإِنَّهُ فَضْلِي أُعْطِيهِ مَنْ شِئْتُ

Sesungguhnya ajal (usia) kalian dibanding ajal (usia) umat-umat terdahulu seperti antara sholat ‘Ashr sampai terbenam matahari. Sesungguhnya permisalan kalian dengan Yahudi dan Nashrani seperti seseorang mempekerjakan buruh. Lalu ia berkata: Siapa yang bekerja untukku sampai tengah hari dengan bayaran satu Qiraath. Maka Yahudi bekerja sampai pertengahan hari dengan mendapat satu qiraath. Kemudian ia berkata: Siapa yang bekerja untukku dari pertengahan hari sampai sholat ‘Ashr dengan bayaran satu qiraath. Lalu Nashrani mengerjakannya dari pertengahan hari sampai sholat ‘Ashr dengan bayaran satu qiraath. Kemudia ia berkata lagi: Siapa yang bekerja untukku dari sholat ‘Ashr sampai terbenam matahari dengan bayaran dua qiraath? Ketahuilah kalianlah yang bekerja dari shoat ‘Ashr sampai terbenam matahari dengan bayaran dua qiraath. Ketahuilah kalian mendapat pahala dua kali lipat. Lalu Yahudi dan Nashrani protes, mereka berkata: Kamilah yang lebih banyak amalannya namun lebih sedikit pemberiannya. Allah berfirman: Apakah Aku telah menzholimi kalian sesuatu dari hak kalian? Mereka menjawab: Tidak. Allah berfirman lagi: Sungguh keutamaanKu Aku berikan kepada siapa yang Aku sukai. (HR al-Bukhori).

Ibnu Katsir rahimahulloh menyatakan, “Yang dimaksud dari penyerupaan dengan buruh ini adalah perbedaan upah mereka. Dan itu bukanlah bersumber dari banyak dan sedikitnya amalan, bahkan dengan sebab yang lain disisi Allah. Berapa banyak amalan sedikit lebih pantas mendapatkan (pahala besar) dari suatu amalan yang banyak. Lihatlah malam Qadar! Amalan pada malam itu lebih utama dari ibadah seribu bulan yang tidak ada malam Qadarnya. Mereka para sahabat Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam telah berinfak pada waktu-waktu, seandainya selain mereka (setelah itu) berinfak emas seperti gunung uhud tentulah tidak akan menyamai satu mud kurma salah seorang mereka dan tidak pula separuhnya. Demikian juga Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam diutus menjadi Nabi dalam usia empat puluh tahun dan meninggal dunia pada usia enam puluh tiga tahun menurut pendapat yang masyhur. Dalam kurun waktu yang hanya dua puluh tiga tahun ini telah menampakkan ilmu yang manfaat dan amal sholih yang mengalahkan seluruh para nabi sebelumnya hingga nabi Nuh yang telah tinggal berdakwah pada kaumnya sembilan ratus lima puluh tahun mengajak mereka untuk beribadah hanya kepada Allah dan tidak berbuat syirik. Nabi Nuh juga beramal ketaatan kepada Allah siang malam, pagi dan sore. Umat ini dimuliakan dan dilipat gandakan pahalanya hanya karena barokah kepemimpinan, kemuliaan dan keagungan Nabi mereka, seperti dijelaskan dalam firman Allah:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَآَمِنُوا بِرَسُولِهِ يُؤْتِكُمْ كِفْلَيْنِ مِنْ رَحْمَتِهِ وَيَجْعَلْ لَكُمْ نُورًا تَمْشُونَ بِهِ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (28) لِئَلاَّ يَعْلَمَ أَهْلُ الْكِتَابِ أَلاَّ يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَأَنَّ الْفَضْلَ بِيَدِ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (29

Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertaqwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Kami terangkan yang demikian itu) supaya ahli kitab mengetahui bahwa mereka tiada mendapat sedikit pun akan karunia Allah (jika mereka tidak beriman kepada Muhammad), dan bahwasannya karunia itu adalah di tangan Allah. Dia berikan karunia itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah mempunyai karunia yang besar. (QS. Al-Hadid: 28-29)” [Al-Bidayah wa an-Nihayah, Ibnu Katsir 2/146]

Demikianlah Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam diutus membawa petunjuk sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan, sehingga menjadi nikmat yang agung bagi umat manusia. Oleh karena itu Allah menjelaskan nikmat ini dalam bebrapa ayat al-Qur’an diantaranya:

1. Firman Allah:

لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلاَلٍ مُبِينٍ

Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata. (QS. Ali ‘Imran: 164)

2. Firman Allah :

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي اْلأُمِّيِّينَ رَسُولاً مِنْهُمْ يَتْلُو عَلَيْهِمْ آَيَاتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلاَلٍ مُبِينٍ (2) وَآَخَرِينَ مِنْهُمْ لَمَّا يَلْحَقُوا بِهِمْ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (3) ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ (4

Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, menyucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata. Dan (juga) kepada kaum yang lain dari mereka yang belum berhubungan dengan mereka. Dan Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. Demikianlah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah mempunyai karunia yang bersar. (QS. Al-Jumu’ah: 2-4)

3. Firman Allah:

كَمَا أَرْسَلْنَا فِيكُمْ رَسُولاً مِنْكُمْ يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِنَا وَيُزَكِّيكُمْ وَيُعَلِّمُكُمُ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَيُعَلِّمُكُمْ مَا لَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ (151) فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ

Sebagaimana Kami telah mengutus kepadamu seorang Rasul di antara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan menyucikan kamu dan mengajarkan kepadamu al-Kitab dan al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui. Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku. (QS. Al-Baqarah: 151-152)

4. Firman Allah :

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ

Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min. (QS. At-Taubah: 128)

Pengutusan Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam kepada manusia seluruhnya menjadi nikmat yang paling agung karena menjadi sebab terhindarnya orang-orang yang mendapat petunjuk, dari adzab yang kekal. Itu semua dengan sebab iman kepada Allah dan RasulNya shollallohu ‘alaihi wa sallam serta menjauhi semua yang mengantar kepada neraka dan kekekalan disana.

Oleh karena itu, kebutuhan manusia akan iman kepada Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan mengamalkan semua yang dibawa beliau berupa agama ini melebihi kebutuhan mereka terhadap makan dan minum, bahkan kepada udara yang menjadi sumber pernafasan mereka. Karena mereka ketika kehilangan petunjuk tersebut maka neraka adalah balasan orang yang mendustakan Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam dan berpaling dari ketaatan kepadanya. Sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah:

فَأَنْذَرْتُكُمْ نَارًا تَلَظَّى (14) لاَ يَصْلاَهَا إِلاَّ اْلأَشْقَى (15) الَّذِي كَذَّبَ وَتَوَلَّى (16

Maka, Kami memperingatkan kamu dengan api yang menyala-nyala. Tidak ada yang masuk ke dalamnya kecuali orang yang paling celaka, yang mendustakan (kebenaran) dan (berpaling) dari iman. (QS. Al-Lail: 14-16)

Karena demikian tinggi kedudukan Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam di sisi Allah dan mendesaknya kebutuhan manusia yang demikian tingginya, maka Allah mewajibkan kepada umat ini kewajiban dan hak-hak yang mengatur ikatan dan hubungan antara mereka dengan Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam. Hak-hak ini ada yang berhubungan dengan risalah kerasulannya dan ada yang berhubungan dengan pribadi beliau langsung.

Namun ironisnya, dizaman ini banyak sekali kaum muslimin yang tidak mengetahui hak-hak beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam, sehingga tampak muncul dua kelompok yang ekstrim dan saling bertentangan.

* Pertama adalah kelompok kaum muslimin yang tidak memberikan perhatian secara proporsional terhadap hak-hak ini sehingga mereka seakan-akan tidak pernah perhatian terhadap hak-hak tersebut.
* Kedua adalah kelompok yang ekstrim berlebihan sehingga tercebur dalam kubangan kebid’ahan. Mereka menganggap amalan mereka adalah yang terbaik dan sempurna dalam menunaikan hak-hak tersebut dan menuduh selainnya tidak menunaikannya.

Kedua kelompok ini salah dan menyimpang dari jalan yang lurus.

Oleh karena itu sudah seharusnya kita kembali belajar tentang hak-hak Rasululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam yang telah dijelaskan dalam al-Qur’an dan Sunnah serta telah dijelaskan para salaf (pendahulu) umat ini dan para imam-imam besar umat ini. Semoga dengan demikian dapat dijelaskan hak-hak tersebut dengan jelas, gamblang dan benar kepada masyarakat dan diamalkan dalam sisi kehidupan mereka.

Penulis: Ust. Kholid Syamhudi, Lc.

Tidak ada komentar: